Pages

Banner 468 x 60px

 

Kamis, 27 Desember 2012

Ini adalah kisahku, kisahmu, kisah kita bersama.

0 komentar
Ku awali dengan kisahku...



Sebelumnya, izinkanlah Saya untuk melafaskan kata. Bicara hati yang mudah diterjemah. Hihihii...
Perkenalkan, nama Saya Kakang Prabu alias Ksatria Sunda alias Pewaris Negeri alias Kakang Ingin Istiqomah. Hehee...

Kisah ini bermula ketika Saya harus mengambil salah satu keputusan besar dalam hidup, yaitu melanjutkan pendidikan ke ITB. “Luar biasa”. Itulah yang selalu ada dalam benak Saya ketika mendengar kata ITB. Karena itu merupakan impian Saya untuk kuliah di ITB. Kini harapan itu terjawab sudah. Sekarang Saya telah menjadi bagian dari Civitas Akademika ITB. Alhamdulillah...

Oya, langsung aja nih Saya mau berbagi cerita. Rabu kemarin tepatnya tanggal 18 Oktober 2012, dimulailah hari pertama kegiatan kami. Pembukaan jurusan kami. Yaitu D4 Kewirausahaan Fakultas Bisnis dan Manajemen ITB. Biasalah yang namanya pembukaan pasti banyak sambutan-sambutannya. Lalu kenapa? Kalau banyak sambutan, ya pasti ngantuk. Hihihii.... Tapi dugaan Saya kali ini salah. Ternyata Saya malah tertarik dengan beberapa sambutan yang dipaparkan oleh Dekan ITB, Pak Gatot, dan Pak Viktor. Karena isi sambutan beliau-beliau itu adalah berbagi pengalaman, dan motivasi. Terlebih ketika Pak Viktor berbicara, ia memberikan motivasi usaha diibaratkan dengan cinta. Hihihi.... I like it. Maklum lah.... kebetulan Saya lagi puber ke-2 kayanya. Hahahaa... Dan yang lebih lucu lagi adalah ketika Saya tawu jenis usaha yang dilakukan oleh Pak Viktor. Apa coba? Hayo ditebak? Mau tawu??? Mau tawu aza, apa mau tawu bangetzzz? Hihihi...
Hhhmmm..... Kasih tawu ga ya? Hahaa....
Ternyata beliau adalah juragan pakaian underware wanita.  Hihii....
Lucu kan, laki-laki, masih muda, tapi agak kecentilan deh kayanya. Hihii...
Tapi beliau adalah orang hebat. Telah mencapai kesuksesannya. Saya banyak belajar dari beliau.

Selanjutnya, setelah beliau berbicara, kami diberikan waktu istirahat sambil dilanjutkan dengan games yang dipandu oleh Pak Stanley. Awalnya Saya tidak tawu dengan Pak Stanley, karena beliau belum memperkenalkan diri seperti yang lainnya. Kemudian beliau membagi kami menjadi beberapa kelompok. Hingga terbentuklah kelompok itu. Yaitu Matahari, Kerbau, Kuda, dan Harimau.

Nah.. coba tebak lagi, Saya kira-kira berada dalam kelompok apa? Matahari kah, Kerbau kah? Atau yang lainnya. Jawaban yang betul akan mendapatkan senyum manis dari Saya. Hihihihi...

Yupz.. Jawaban Anda betul. Saya berada di Kelompok Matahari, dan menjadi Ketua kelompok ini bersama Yusuf, Iman, Tami, Icha, Dwi, dan Aulia. Nah sekarang liat nih senyum Saya. Smile...... Hihihii...

Kemudian setelah pembagian kelompok, acarapun selesai. Kami pun pulang ke tempat masing-masing dan persiapan untuk hari selanjutnya. Yaitu Outbond. Dan kami diminta kumpul untuk besok jam 6 pagi. Pikir Saya dalam hati, kalau ditempat Saya tinggal, dan kebanyakan tempat, kalau disuruh kumpul jam 6, pasti acaranya mulai jam 8. Paling cepet jam 7. Hingga Saya berpikir apa ga’ kepagian ntuh.! Hihihii...

Yupzz... Hari Ke-2.
Kamis, 19 Oktober 2012

Hari itu Saya berangkat setelah sholat subuh. Maklum kami diminta oleh Pak Stanley untuk datang jam 6 pagi. Kebetulan kosan Saya berada di daerah Tamansari Bawah. Saya berjalan kaki dari kosan sampai ke Kampus. Saya udah pertimbangkan jarak Tamansari ke kampus sekitar beberapa menit. Namun Saya keliru tidak mempertimbangkan jarak antara Pintu Gerbang Utama Kampus dengan Gedung SBM tempat Saya memulai Outbond. Lumayan cukup jauh. Sehingga Saya pun terlambat 5 menit ketika sampai Gedung SBM.

Ketika sampai disana, terlihat sudah ada beberapa orang yang telah hadir. Sekitar 5 orang kalau tidak salah. Uupzz.. klo tidak salah, berarti bener. Hehee....

Yaa...! Kemudian Saya masuk, lalu menunggu kedatangan teman-teman lainnya. Akhirnya semua telah datang, kemudian Pak Stanley pun memulai kegiatan. Namun sebelumnya beliau berbicara mengenai keterlambatan kami. Ternyata, yang luar biasa dari diri beliau adalah, ketika kami diminta untuk kumpul jam 6 pagi. Maka seharusnya kami datang jam ½ 6 pagi. Karena beliau pun sudah ada disana tepat jam ½ 6 pagi menunggu kami. Luar biasa.! Dan hanya beberapa orang dari kami yang mendapat apresiasi beliau karena datang lebih awal. Yang pasti tidak termasuk Saya. Hihihii....

Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan pengarahan untuk berjualan, dan langsung turun ke jalan. Menjualkan produk yang diberi. Yaitu Pulpen dan Buku. Ini pengalaman Saya yang pertama. Pertama bukan karena berjualannya, tapi karena Produk tersebut, yaitu buku dan pulpen tadi harus dijual dengan harga setinggi-tingginya. Bayangkan saja, buku yang harga dasarnya 50 ribu, harus bisa di jual dengan harga 1 juta, 2 juta, 3 juta, dan seterusnya. Begitupun dengan Pulpen yang harganya hanya 2 ribu kita diharuskan menjualnya sampai 1 juta, dan seterusnya. Aneh kan? Siapa yang percaya? Anda? Semua pada waktu itu tidak percaya dapat melakukan itu. Namun setelah dikasih motivasi, hingga akhirnya kami pun mendapatkan keyakinan untuk melakukan itu. Meskipun tidak semua dari kami mempunyai keyakinan itu. Tapi Saya sendiri optimis dapat melakukan itu. Pikir Saya, lakukan saja lah. Nanti juga kelihatan setelah melakukan. Klo belum dilakukan mah, ga akan tahu hasilnya gimana. Ya’ kan? Yang ada hanya bertanya-tanya terus. Hihihii....

Kemudian Saya bagi kelompok saya menjadi 3 tim. Tim pertama Saya dengan Tami. Tim kedua Yusuf dengan Icha. Dan tim ketiga Iman dengan Dwi dan Aulia. Akhirnya kami pun mulai berjualan. Saya sendiri dan Tami berjualan di sekitar area Dago. Ketika kami tawarkan produk pulpen kepada orang-orang yang kami temui seharga 1 juta, semuanya kaget, heran, dan aneh. Tapi kami berusaha menjelaskan mengenai hal itu. Banyak sekali yang menolak kami, sampai-sampai ada yang bilang “WooW” gitu. Hehee…..

Tapi syukur Alhamdulillah setelah kami berusaha kesana kemari, akhirnya pulpen yang Saya tawarkan ada yang berminat mau beli. Tapi dengan harga Rp 50.000,- Saya terima aza. Karena Saya juga sadar, Bapak itu rela mengeluarkan uang Rp 50.000,- untuk pulpen yang harganya 2 ribu bukan karena pulpennya. Tapi karena kasihan mungkin melihat kami, sehingga ia rela membantu kami. Bahkan memberikan doa kepada kami supaya kami sukses. Amin….

Dan selang beberapa menit, doa Bapak tadi mungkin terjawab. Kami pun mendapat lagi pembeli. Bahkan membeli pulpennya dengan harga yang lebih tinggi. Yaitu Rp 100.000,-. Saya pun merasa senang. Kemudian ketika Saya dan Tami berniat pulang lagi ke Kampus, tiba-tiba langkah Saya terhenti di dekat Rumah Makan. Hhhmm… Bukan Saya lapar, terus mau makan, tapi mau jualan lagi. Hihiihii… Kemudian kami coba menghampiri Kakek Nenek dan keluarganya yang kebetulan baru datang dan mau makan. Kami coba tawarkan buku kepadanya, dan Alhamdulillah ia mau membelinya dengan harga Rp 500.000,-. Luar biasa… Saya pun sangat senang. Tapi heran juga. Kenapa beliau sampai segitunya terhadap kami. Dan ternyata, beliau adalah yang merancang atau istilah kerennya arsitek yang membangun ITB. WooW…! Luar biasa. Hihihii.... Lebih terkesan lagi ketika beliau menyampaikan cucunya juga kuliah di ITB dan memiliki nama yang sama dengan Saya, Fauzan. Hihihii….

Lalu setelah itu, kami pun kembali ke kampus dan tiba di SBM ITB. Lalu mengumpulkan hasil penjualan tadi bersama teman-teman yang lain. Dan Alhamdulillah uang yang terkumpul selama 3 jam 45 menit kita berjualan tadi adalah sekitar Rp 1.967.000,-. Fantastis…. Kami sendiri heran bisa mencapai angka itu.

Kemudian dihari berikutnya, hari Jum’at tanggal 20 Oktober 2012, kami pun berjualan kembali. Pada hari itu Kelompok Saya Matahari mendapat hasil penjualan sebesar Rp 700.000,-. Setelah selesai berjualan kami pun Shalat Jum’at terlebih dahulu. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan Muhasabah atau renungan oleh Pak Stanley. Dan tak terasa, pada saat itu airmata Saya pun bercucuran. Bahkan Saya merasa kan perasaan yang luar biasa. Hingga Saya harus berderai airmata. Huhuhuu…. Galau lah kata anak sekarang tea mah. Hihihii….

Setelah renungan selesai, kami pun menyanyikan sebuah lagu Sayonara dan Gelang Sepatu Gelang. Sebelumnya kami pun pernah menyanyikan lagu Gaby, tinggal kenangan. Hingga membawa Saya larut dalam kenangan. Hehehee… Lagu-lagu tersebut dibawakan untuk menutup kegiatan acara Outbond pada hari itu.

Besoknya, hari Sabtu kami disuruh jualan. Tapi Saya memutuskan untuk pulang kembali ke Kampung Halaman tercinta setelah Outbond selesai. Dan akhirnya Saya pun pulang pada malam Sabtu itu.

Mungkin itulah sedikit cerita yang bisa Saya share untuk semuanya. Yang jelas, apa yang Saya alami pada saat berada disana, sungguh sangat menyenangkan, mengesankan, dan memberikan banyak manfaat yang besar dalam kehidupan Saya. Terima kasih Pak Stanley, Pak Gatot, Pak Prayitno, Rekan-Rekan Kelompok Matahari, Rekan-Rekan Mahasiswa lainnya, Seamolec, dan ITB.

Thank you for All…
Ini adalah kisahku... Bagaimana dengan Kisahmu?

Read more...

Perjalanan Menuju Kemilau Cahaya

0 komentar

[Rabu, 17 Oktober 2012]

Persiapan mengawali hari telah berlalu hingga detik-detik mendekati pukul 08.00 WIB, Rabu 17 Oktober 2012. Setapak-setapak trotoar yang lengan begitu pasti kulewati dari Ganeca 7 menuju MBA of SBM ITB, Gelap Nyawang 1. Hari itu rasanya ada yang beda, rasanya antara tersenyum dan meringis menahan perih, rasanya antara terharu dan menangis sakit, rasanya antara pingsan dan menerawang kosong. Beda tipis memang, dan hanya mereka-mereka tertentu saja yang tahu. Membayangkan begitu rumit permasalahan yang akan aku hadapi jika aku meneruskan pilihanku di SBM. Ya sudah.....biarkan saja berlalu sejenak.
Tiba-tiba tajam mataku tertuju pada sosok remaja yang sedang menghadap ke badan jalan, sedangkan aku melewatinya di trotoar Gelap Nyawang. Di belakang tepat ia berdiri, kulihat dia berpakaian rapi dengan motif batik dominasi warna merah, dengan rok hitam panjang dan kerudung bercepol sedang. Beberapa langkah masih kuperhatikan dia dari belakang. Corak batiknya bagus, paduan warnanya menyiratkan kata SEMANGAT TINGGI, yang tiba-tiba membuatku lebih optimis untuk melangkah maju, maju untuk berjalan dan maju dalam artian yang lain , memang begitu rumit untuk diceritakan.
Lain daripada itu, bukanlah kebiasaan atau kesenjangan. Bukan pula karena kemampuanku yang kurang baik dalam mengatur waktu, hingga kuraih telepon genggam untuk melihat jam. Wow..dalam hati aku berkata “Pukul 08.00 WIB Tam!!!, kamu belum sampai di ruang seminar MBA”. Muncul sedikit rasa gugup. Teringat itu, bersyukur sekali aku dikaruniai sepasang kaki sehat dan normal yang selalu sensitif jika mendapati kondisi seperti “nyaris telat”. Durasi  langkah perlangkah pun semakin cepat namun tetap mampu ku atur nafas. Tak bisa kupungkiri kalau dari subuh hari, aku selalu mengikuti pembinaan rutin, dilanjutkan dengan merapikan file-file dan harus berinteraksi dengan dunia maya.
Hap. Telah sampai di ruang seminar, kembali kulihat jam, pukul 08.07 WIB. Ihh....aku kalah 7 menit menaklukkan diriku sendiri untuk dapat hadir di ruangan sebelum pukul 08.00 WIB. Kembali aku fokuskan untuk menengok ke dalam ruangan, memencarkan pandangan untuk mencari posisi duduk yang akan aku tuju. Aku melihat di ujung kiri agak depan telah duduk beberapa anak perempuan. Langsung kuhampiri mereka dengan sebelumnya meminta izin untuk bergabung. Aku mulai berkenalan dan mereka adalah Icha, Dwi, Aulia, dan Sulfi. Ketiga diantaranya adalah alumnus Universitas Indonesia sedangkan Dwi alumnus Politeknik Negeri Jakarta.
Tak berapa lama berselang, bertambah satu orang laki-laki sebaya yang bergabung bersama kami dalam formasi tempat duduk dengan meja melingkar, dialah Bubu yang juga alumnus Universitas Indonesia. Sekitar 30 menit kami saling berkenalan dan berbincang-bincang ringan, terlihat seorang operator menyiapkan PC laptop dan mengetes mikrofon. Sepertinya pembukaan acara akan segera dimulai. Benar saja, tak lama berselang setelah persiapan itu, kedepanlah seorang protokoler perempuan yang akan mengawalai acara pembukaan penerimaan mahasiswa baru di hari itu.



Saat sesi sambutan sedang berlangsung, kuperhatikan dengan hikmad masing-masing penyambut. Ucapan selamat datang mereka kepada kami seangkatan serasa salju yang menyejukkan hati. Bayanganku kembali menerawang jauh dengan pertanyaan-pertanyaan “Bagaimana ya masa muda beliau-beliau itu?, Apa yang yang beliau lakukan/perbuat ketika masih berumur seperti saya sekarang, cerita apa yang sudah mereka lalui hingga sekarang berada diposisi sebagai wakil rektor, dekan SBM, penanggung jawab program?”. Sama sekali tak kuketahui jawabannya. Barangkali ini pula jalanku untuk bisa menjadi top leader atau menggantikan posisi mereka di masa mendatang, atau posisi-posisi lain yang lebih tinggi dari pada itu kelak.
Ikhlas, pantang menyerah, dan jujur begitu melekat dalam diriku, kucamkan baik-baik, itulah amanah yang disampaikan oleh beliau-beliau penyambut. Untuk menjadi pengusaha sejati, ketiga hal itulah modal awal yang mutlak untuk dimiliki. “Jika kalian sudah 999 kali gagal, maka teruslah maju karena bisa jadi yang ke-100 adalah keberhasilanmu. Jika kalian ditipu, dibohongi orang lain, maka maafkanlah orang tersebut, anggaplah seperti angin lalu, agar kamu menjadi orang yang lapang.”, kesimpulan yang aku ambil.
Sambutan yang terakhir oleh pak Gatot. Suasana lebih hening lagi. Jlep!!! Melihat beliau aku teringat ketika tes wawancara program ini di LSKK gedung STEI ITB. Beliau lah yang pertanyaannya memberondong, yang sanggahannya begitu pedas, dan yang tatapannya tajam. Ketika itu aku mampu menghadapinya dengan tenang, balik kutatap beliau dengan optimis. Sedikit-sedikit aku tersenyum ketika sedang proses berfikir untuk menjawab pertanyaan beliau, dan ketika agak terlalu lama, beliau mendesak. Waaaa.....rasanya ingin teriak saat wawancara itu.
Satu hal yang paling kuringat dari sambutan pak Gatot adalah “Siapa yang sampai detik ini masih ragu terhadap program ini? Silakan angkat tangan dan mengundurkan diri diawal.” Suasana cukup membuat mendebarkan. Kutengok ke kanan dan ke kiri, tak ada respon dari para peserta mahasiswa baru. Ini berarti kami seangkatan memilih untuk bertahan, terjun di SBM, menyelam maupun berenang hingga ke ujung waktu, yaitu akhir 2013 nanti. Apapun yang akan dihadapi, kisah apapun yang akan diperankan, rintangan apapun yang harus disingkirkan, badai apapun yang harus diterjang, aku berharap Allah SWT. selalu membimbing kami menuju kesuksesan dan selalu memperkuat tekat kami. Aku juga berharap diberi fondasi yang kokoh agar tak mudah diombang-ambingkan oleh lingkungan.
Lanjut di akhir acara, tampaklah seorang bapak yang maju ke depan dan mengambil forum. Bapak Stenlay, beliaulah orangnya. Dengan wajah serius meminta salah 1 mahasiswa baru untuk maju ke depan. Kuberanikan diri untuk mengangkat tangan untuk menjadi volenteer, walaupun sebenarnya mau diapakan juga gak tahu. Namun ternyata aku kurang beruntung karena ada yang lebih cepat mengangkat tangan. Ternyata akupun juga diminta maju ke depan. Sesampainya di depan beliau membisikkan instruksi kepada saya sambil menunjuk-nunjuk gambar 9 titik di papan kertas. Paham, ya aku paham maksudnya, sesi ini adalah sesi permainan dan aku diminta untuk memimpin permainan itu.
Aku langsung memberi instruksi kepada maba, “Ini adalah sesi permainan. Saya minta kalian semua berembuk dengan satu kelompok sesuai dengan kelompok meja kalian. Hubungkanlah 9 titik seperti yang ada di kertas ini hanya dengan 4 garis namun terhubung secara berkesinambungan tanpa putus. Saya beri waktu 5 menit dari sekarang . yang sudah menemukan jawabannya silakan angkat tangan.” Aku mulai berdiskusi dengan teman yang juga ke depan saat itu. Karena kami berdua juga belum tahu jawabannya. Belum sampai kami menemukan jawaban, ternyata ada kelompok lain yang telah lebih dulu mengangkat tangan. Itulah kelompok meja yang kutinggalkan tadi.


Sungguh diluar dugaanku. Hikmah yang aku ambil dipermainan ini adalah keharusan seseorang untuk mampu berfikir kreatif dan keluar dari jalan biasa untuk mampu menemukan solusi. Selalu optimis bahwa manusia diciptakan oleh Allah SWT. lengkap dengan akal, rasa, cipta, dan karsa.hingga muncul pernyataan “Kamu mampu mengubah hal yang tidak mungkin menjadi mungkin, Tam!!!”
[Kamis, 18 Oktober 2012]
                Menginjak hari kedua pembukaan penerimaan maba SBM ini, acara outbound adalah acara inti yang akan memenuhi rangkaiaa hingga hari ketiga. Pukul 06.00 WIB aku berhasil tepat waktu hadir digedung Kresna SBM dengan standardisasi jam di telepon genggamku. Beda ceritanya kalau menggunakan standar waktu pada arloji trainer, maka aku tergolong orang-orang yang terlambat. Master of training, pak Stenlay, memimpin pemanasan dengan gerakan ringan untuk memicu semangat dan kerja otot. Kelompok Matahari, ya...itulah kelompokku untuk outbound selama 2 hari itu. Mereka yang beruntung sekelompok dengan aku adalah Iman, Icha, Dwi, Fauzan, Aulia, dan Yusuf. Maha Suci Tuhanku, Allah SWT. telah mengelompokkan aku dengan orang-orang yang tangguh, optimisme tinggi, dan ulet. Terbukti di awal ketika kekompakan kami diuji dengan menampilkan yel-yel. Inilah lirik lagu yang membuat kami merasa saling memiliki:
(dilantunkan dengan nada lagu Burung Kakatua)
Kami Matahari....(matahari),  Studi di ITB.....(di ITB)
Juga di Seamolec....(di Seamolec),  Kan jadi juragan....


Matahari!!! Ha’ ha’ ha’
                Selajutnya semua maba dikumpulkan karena akan ada presentasi inspirasi dari pak Stanley. Beliau meminta 1 cincin emas yang dimiliki maba. Dan saat itu, cincin milik Dwi dilepas dan diberikan ke pak Stanley. Sambil memegang cincin itu diperhatikan betul-betul oleh Bapak. “Kalian tahu cincin emas ini sekarang harganya berapa?” tanya Bapak. Maba rata-rata menjawab Rp 400.000/gr. Kemudian dilanjutkan dengan sharing sederhana dengan tema cincin. Ya, cincin itu terlihat bagus dan indah setelah pasir yang mengandung bijih-bijih emas disaring, kemudian dibakar, kemudian melewati fase dilelehkan, ditempa dengan sangat keras, dan yang terakhir dicetak. Seperti itulah hakikat manusia untuk mencapai puncaknya.
Presentasi itu setelah berakhir dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan yang menantang untuk dilakukan bersama tim, yaitu berjualan. Panitia membekali tiap kelompok dengan 18 bolpoin dan 4 buku Rupiah Pertama hasil kompilasi anak-anak D4 Animasi dan D1 Fashion FSRD ITB. Waktu yang diberikan kepada kami untuk berjualan adalah pukul 10.00 – 12.00 WIB. Tempat untuk berjualan terserah kesepakatan tim. Segera tim Matahari mengatur strategi berjualan. Tim Matahari saat itu dibagi menjadi 3 kelompok pemasaran. Saya dengan Fauzan mendapatkan area jualan ke arah simpang Dago. Aulia, Dwi, dan Iman ke arah Gerbang depan dan sekitarnya. Dan kelompok terakhir Icha dengan Yusuf mendapat area jualan ke arah Sabuga. Tujuan tim kami dipecah seperti itu untuk memanfaatkan waktu. Dalam 1 waktu tim Matahari bisa paralel 3 penjualan sekaligus di tempat yang berbeda.
Kembali ku menyusuri jalan Tamansari menuju Simpang Dago. Berhenti sejenak melihat kafe di jalan Sumur Bandung. Aku berfikir untuk masuk menawarkan buku dan bolpoin, namun sayang..masih tutup. Jalan kulanjutkan menuju Mc Donald. Target pertama adalah seorang wanita yang menuju parkiran motor. Saya dan Fauzan mulai start up. Barang gagal terjual. Lanjut menawarkan ke polisi yang sejak tadi memperhatikan kami, sama gagalnya. Lanjut masuk ke dalam sebuah salon perawatan kecantikan, sama gagal. Lanjut lagi di parkirannya, terlihat Fauzan sendiri yang menawarkan ke seorang ibu, sama gagal juga. Dengan agak lelah saya dan Fauzan keluar area tersebut dan berniat kembali menyusuri jalan simpang Dago. Sambil menengok kanan dan kiri kami menentukan target. Ya, langsung kami mendekati bapak yang sedang membeli buah potong di depan kantor PLN. Kami berbincang-bincang, tawar-menawar dan akhirnya 1 bolpoin berhasil terjual dengan harga Rp 50.000. kisah inilah yang mengawali kesuksesan-kesuksesan berikutnya.
1.       Seorang perempuan yang terlihat baru makan dan keluar dari Mc Donald. (failed)
2.       Dua polisi yang terlihat intirahat di pos Polisi depan Mc Donald. (failed)
3.       Seorang penjaga salon di depan pasar Simpang. (failed)
4.       Seorang ibu yang terlihat telah berbelanja di salon di atas. (failed)
5.       Bapak yang sedang berbelanja buah potong di depan kantor PLN. (1 bolpoint Rp 50.000)
6.       Pemuda di parkiran Circle K. (failed)
7.       2 bapak di FO Dago. (failed)
8.       Karyawan di Toyota. (failed)
9.       Konsumen di Kedai Timbel Dago . (1 bolpoint Rp 100.000)
10.   Ibu konsumen di FO. (failed)

11.   Konsumen di Warung Pasta. (1 buku Rp 500.000)
12.   Mahasiswa di parkiran Seni Rupa. (failed)
13.   3 Mahasiswa DP di ruang terbuka yang sedang merokok. (failed)
14.   2 teteh di Sabuga. (failed)
15.   Bapak-bapak di Jalan Siliwangi. (failed)
16.   Ibu penjaga di toko perabot Siliwangi. (failed)
17.   Bapak-bapak di toko Daikin Siliwangi. (failed)
18.   5 pengunjung toko buku di jalan Siliwangi. (failed)

[Jumat, 19 Oktober 2012]

                Tetap. Semua mahasiswa dikumpulkan di Kresna pukul 06.00 WIB. Dan satu lagi yang masih tetap, aku telat baik menggunakan standardisasi jamku maupun jam milik pak Stanley. Selain kedua “tetap” tersebut, masih ada 1 “tetap” lagi, yaitu berjualan bolpoint dan buku Rupiah Pertama di hari Jumat tersebut. Beberapa hal yang membedakannya adalah persiapan strategi pemasaran, pembagian kelompok, dan pembagian area tujuan berjualan. Tim kami memiliki target pemasaran ke sekolahan, kantor pemerintah, dan door to door ke rumah warga yang tim kami anggap memiliki strata sosial ekonomi menengah ke atas. Hal tersebut kami putuskan bersama mengingat keberhasilan yang hari Kamis dalam berjualan belum maksimal.
Kalau hari sebelumnya tim Matahari membagi tim menjadi 3 pecahan dengan area berjualan yang berbeda pula, maka hari Jumat tersebut tim Matahari bergerak 1 tim berbarengan menuju SMA Negeri 1 Bandung yang berlokasi di jalan Dago. Aku bersyukur memiliki ketua tim yang bijaksana. Dia meminta izin terlebih dahulu kepada satpam sekolah untuk dapat menemui kepala perpus SMA. Proses demi proses akhirnya tak satupun barang kami laku di sekolah tersebut. Dengan santai aku keluar dari gedung sekolah dan bersama teman-teman tim menuju gedung sekolah tinggi yang berada tepat di depan SMA tersebut. Lobi demi lobi, tawar demi tawar.....akhirnya zong, tak satupun terjual juga.
Dengan 5 anggota tim kembali aku dan tim menyeberang ke arah SMA, tanpa pikir panjang langsung ku menuju parkiran mobil, tengok kanan tengok kiri barang kali ada satpam yang mau menegur. Sip!!!aman, di salah satu mobil ada seorang siswi dengan bapaknya, tanpa berlama-lama kuhampiri beliau dan mulai ku memperkenalkan diri bla..bla...bla... Dapatlah Rp 100.000 dibayar tunai. Tak berselang waktu, tiba-tiba aku dan tim dipanggil satpam, dan benar saja..mendapat teguran untuk tidak mengganggu aktivitas di gedung SMA dan lapangannya. Okelah aku paham. Segera kami keluar dari gerbang, berharap ada orang tua murid yang bisa ditawari buku atau bolpoint. Keberuntungan berada ditanganku, hari ini tepat sekali dengan pengambilan raport murid SMA Negeri 1 Bandung. Namun satu, dua, tiga, empat, lima orang belum tergerak hatinya untuk membeli barang yang mahal ini. Aku tersadar tatkala sendirian. Fauzi dan Dwi menawarkan barang di sekitar trotoar sekolahan, Iman dan Icha terlihat berjalan ke arah Cikapayang barangkali mencari target lain.
Terik terasa merayap di wajah, bulir-bullir keringat keluar tak beraturan. Kuusaplah dengan telapak tanganku, karena memang tak berbekal tisu ataupun lap wajah lainnya. Terlihat banyak pengunjung SMA yang harus parkir mobil ke seberang gedung karena lapangan parkir SMA sudah tidak muat lagi. Tingggg!!!!bagaikan ada nyala lampu di samping kanan otak kanan ku. Terayun ringan kakiku menuju parkiran mobil seberang, satu tangan melambai dan mata tetap fokus untuk

mengamati lintasan jalan raya. Berhenti sejenak untuk menjaga ketenangan diri sebelum menemui calon pembeli yang akan aku hampiri.
“Permisi Mas, maaf saya mengganggu sebentar....bla bla bla..” perkenalanku dengan calon pembeli. Syukurnya beliau cukup antusias ketika aku memancing komunikasi. Justru aku semakin diberondong banyak pertanyaan oleh beliau tentang:
1.       karakteristik produk yang saya tawarkan;
2.       keunggulan produk ini dibanding yang lain;
3.       tujuan berjualan;
4.       harga penawaran;
5.       deskripsi singkat isi buku;
6.       alasan kuliah lagi di SBM;
7.       alasan ber wirausaha dikala lapangan pekerjaan menjamin gaji tinggi terhadap pegawai dari lulusan ITB.

Sekitar 5 sampai 6 menit kami berbincang-bincang, agak mendekati penginterogasian. Dalam hati aku berkata “Wah...salah sasaran, kenapa jadi ditodong pertanyaan begini” sekalian saja kuputar balik menginterogasinya tentang bisnis yang sudah dijalankannya. Awalnya beliau memang sangat tertutup. Namun akhirnya beliau mau juga berbagi ilmu berwirausaha dan waw....luar biasa mendengarnya. Tak berapa lama kemudian beliau mengeluarkan 3 lembar uang seratus ribuan. Dialah Ka’ Rh Liembono.
                Sangat  mengesankan betul waktu 3 hari bersama Seamolec-SBM ITB . Mental ditantang habis-habisan. Rasa malu sudah tak berlaku lagi untuk bisa mencapai target berjualan buku dan bolpoint. Kesabaran diuji, kreatifitas digali dengan mandiri.
Salam Entrepreneur!!!

Read more...

Inilah Jalanku

0 komentar
“Allah memberi apa kamu butuhkan, bukan apa yang kamu pinta” -Anonim-

Bismillah…
Institut Teknologi Bandung. Belum pernah terpikir sebelumnya aku dapat kuliah di kampus favorit itu. Yang aku pikirkan saat masih kuliah di bangku D-3 hanyalah melanjutkan study di Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Aku bermimpi dapat lanjut kuliah ke Unpad, UNS, atau UNJ. Namun, memang skenario Allah begitu indah. Allah selalu memberi sesuatu yang terbaik dan dibutuhkan hamba-Nya. Sekalipun hamba itu tak meminta.
Bandung, 18 Oktober 2012
Suara alarm berdendang silih berganti. Suara yang bersumber dari tiga handphone. Milikku, milik Kak Sheilla, dan milik Kak Maulida. Kulirik layar di handphone Samsungku, pukul 04.30. Langsung saja ucapan Pak Stanley kemarin kembali menghampiri ingatanku, “Besok kumpul di Gedung SBM ITB pukul 6 pagi. Ingat jangan telat! Saya tidak menerima alasan apapun.” Ingatan itu cukup ampuh membuatku sadar sepenuhnya dari mimpi. Kulihat kedua kakakku telah bangun lebih dulu. Bahkan salah satu diantara mereka telah selesai menunaikan Solat Tahajjud, dan satunya lagi sedang berkomat-kamit mengucap dzikir. Aku yang sedang berhalangan, ikut membaca dzikir al-matsur’at. Berharap pagi ini Allah berkenan melindungiku hingga sore tiba.


Aku berangkat pukul 05.35 dari Ciheulang, Bandung. Jika naik angkot, jarak dari Ciheulang menuju Ganesha hanya butuh waktu sekitar 15 menit. Perkiraanku benar. Aku tiba di pintu belakang kampus ITB pukul 05.50. Turun dari angkot, aku berjalan santai sambil melihat-lihat kondisi sekitar. Gedung perpus, jembatan, pohon-pohon, dan Gedung Sekolah Bisnis Manajemen (SBM). Perasaan senang, syukur, dan santai masih menggelayutiku. Namun, perasaan itu hilang ketika aku masuk ke Gedung Kresna. Ternyata, Pak Stanley, motivator kami selama outbound, tengah bercerita didepan beberapa maba yang duduk membentuk setengah lingkaran. Aku langsung nimbrung. Beliau berkata, “Jika kalian berjanji untuk bertemu jam 6, sebisa mungkin kalian tiba lebih awal 30 menit. Tadi saya hanya melihat tiga orang yang tiba pukul segitu.” Aku diam. Aku baru paham ternyata kemarin Pak Stanley secara tersirat meminta kami untuk hadir pukul 05.30. “Kebiasaan yang harus aku terapkan mulai detik ini”, pikirku.
Aktivitas pagi itu dimulai dengan materi berupa slideshow powerpoint berisi motivasi. Motivasi untuk bergerak dengan cepat. Motivasi untuk datang lebih awal dari waktu yang sudah dijanjikan. Motivasi untuk terus berbuat baik dan berpikir positif. Motivasi untuk memaksimalkan potensi diri. Materi yang disampaikan Pak Stanley cukup mudah aku cerna. Beliau menyampaikan materi dengan memberi contoh cerita dan kisah nyata. Terkadang Beliau menyelingi dengan memberi pertanyaan kepada kelompok. Mahasiswa baru D4 SBM ITB yang mengikuti outbound terdiri dari 27 orang. Ke-27 orang itu, dibagi 4 kelompok oleh Pak Stanley, yaitu kelompok Matahari, Kuda, Kerbau, dan Harimau. Aku masuk ke dalam kelompok Matahari yang berisi 7 anggota, yakni Aku (Dwi), Aulia, Icha, Tami, Yusuf, Iman, dan Fauzan.
Selesai menyampaikan motivasi, Pak Stanley mengajukan 3 pertanyaan kepada semua kelompok. Beliau mengiming-imingi jika bisa menjawab, akan diberi bintang pada papan score. Mulailah Pak Stanley menyampaikan pertanyaan ke-1. “Kalau Ibu ini jadi lampu, kalian jadi apa?”. Banyak yang mengangkat tangan selesai pertanyaan itu terucap. Mereka rata-rata menjawab, “Jadi listrik, jadi cahaya, jadi orang yang nyalain, jadi pabriknya, dll.” Pak Stanley membenarkan semua jawaban itu, tapi jawaban yang paling benar adalah “Jadi heran! Masa Ibu ini bisa jadi lampu.” Semua yang hadir di situ tertawa, merasa terhibur dengan jawaban barusan. Lanjut ke pertanyaan kedua. “Pada saat yang bersamaan, sebuah mobil diganti ban depan dan ban belakangnya. Tapi, kenapa ban belakang selalu lebih cepat botaknya dibanding ban depan?”. Yusuf dari kelompokku menjawab, “Karena ban belakangnya second, Pak!”. “Bukan itu jawabannya”, balas Pak Stanley. Alwin, anggota kelompok Kuda, Kakak kelasku saat D-3 dulu, mengacung. “Ban belakang kebanyakan mikir Pak, kapan bisa ngeduluin ban depan.” “Jawabannya benar! 3 bintang untuk kelompok Kuda.” Kelompok Kuda pun langsung bersorak gembira.
Pertanyaan berikutnya kembali diajukan. “Ada satu jembatan yang dijaga oleh dua orang. kedua orang itu tidur secara bersamaan setiap lima menit, dan bangun lima menit. Untuk menyebrangi jembatan itu dibutuhkan waktu lebih dari lima menit dan setiap yang ingin menyebrang harus punya surat izin. Suatu saat ada satu orang yang ingin menyebrang, tapi ia tak punya surat izin. Bagaimana cara agar ia bisa menyebrang?” Beberapa jawaban sudah diajukan, tapi belum ada yang benar. Sampai pada jawaban yang diajukan anggota kelompok Kerbau. Ia menjawab sambil memeragakan di depan, “Jalan mundur aja pak, nanti kalau penjaganya bangun pasti ditanya, ‘mau kemana kamu? Surat izinnya mana?’ Kalau gak ada pasti disuruh balik lagi.” “Jawabannya benar, 4 bintang untuk kelompok Kerbau.” Mendengar jawaban itu, aku teringat dengan iklan permen mentos “mahasiswa yang telat masuk kelas”.
Sesi pertanyaan selesai, saatnya yel-yel tiap kelompok diperlihatkan. Kelompokku menjadi kelompok dengan yel terbaik. Rasa senang menghampiri kelompok kami. Spirit pun timbul untuk menjadi the best kelompok. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 09.00. Tugas kelompok selanjutnya ialah berjualan pulpen dan buku. Tiap kelompok dibekali 18 pulpen dan 10 buku untuk dijual dengan harga setinggi-tingginya. Aturan games-nya adalah buku dan pulpen tidak boleh dibeli sendiri dan sampai oubound berakhir, semua buku dan pulpen harus habis. Semua peserta segera ke luar ruangan dan menjajakan dagangan ke orang-orang di lingkungan kampus ITB. Sebelum berjualan, kelompok Matahari briefing terlebih dahulu untuk dibagi menjadi sub kelompok. Tiga kelompok pun terbentuk. Aku, Iman, dan Aulia. Fauzan dan Tami. Icha dan Yusuf. Kelompokku menjual ke arah Dago, kelompok Fauzan ke arah Masjid Salman, dan kelompok Icha ke arah Tamansari kebun binatang. Kami berjanji untuk kumpul di SBM pukul 12.00.
Aku, Iman, dan Aulia mulai menyisiri jalan Dago. Setiap orang yang kami anggap ‘berduit’ kami hampiri untuk menawarkan buku dan pulpen. Saat itu, ada rasa ragu dan malu untuk menawarkan dagangan ke konsumen. Alhasil, karena rasa kurang PD itu, penolakan demi penolakan selalu menghampiri kami. Tak beruntung di jalan Dago, ide untuk pergi ke Bandung Indah Plaza (BIP) pun muncul. Kami beranggapan bahwa jika berjualan di mall (tempat ramai) maka peluang barang terjual akan lebih besar. Namun, anggapan itu salah. Justru di mall-lah kami lebih banyak mendapat penolakan dari orang. Frustasi. Kami pun pulang dengan tangan hampa uang. Alih-alih terjual, kami malah rugi Rp18 ribu karena ongkos angkot dan beli minum.
Pukul 11.50 waktu bagian SBM. Sampai di depan gedung Kresna, aku, Iman, dan Aulia disambut oleh senyuman Icha dan Yusuf. “Gimana jualan tadi?” tanyaku. “Alhamdulillah abis, buku seratus ribu, pulpen sepuluh ribuan” jawab Icha dan Yusuf. Aku diam sambil tersenyum mendengarkan mereka berdua menceritakan pengalamannya berjualan. Tak lama, Tami dan Fauzan datang. “Gimana jualannya?” tanyaku lagi. “Alhamdulillah, buku kejual 500 ribu, pulpen kejual 50 ribu.” Aku kaget, “gimana caranya mereka bisa jualan dengan mudah seperti itu?” tanyaku dalam hati. Rupanya Icha, Yusuf, Tami, dan Fauzan berjualan dengan modal rasa percaya diri. Tidak memilih orang untuk menawarkan barang dagangan. Tidak takut gagal dan tidak takut ditolak orang. Ilmu bisnis yang bisa aku ambil dari percakapan saat itu. Harus diterapkan dalam praktik bisnis selanjutnya.
Selepas Solat Dzuhur dan makan siang, sesi kedua berjualan dilanjutkan. Kelompok Matahari dibagi lagi menjadi dua kelompok. Kelompok Aku, Tami, dan Iman. Kelompok Fauzan, Icha, Aulia, dan Yusuf. Aku berjualan ke arah Sasana Budaya Ganesha (SABUGA) ITB. Ternyata sabuga mirip seperti Gelanggang Olahraga (GOR) atau Gymnasium UI. Sambil berjalan, aku memperhatikan gerak-gerik Tami. Puji Tri Utami nama panjangnya. Mahasiswa D3 metrologi ITB yang kemudian sekelas denganku di Program D4 Kewirausahaan SBM ITB. Jalannya cepat dan penuh percaya diri. Saat berjalan dengannya, aku selalu tertinggal dan harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk bisa menyusulnya. Aku bisa paham dan menilai bahwa ia seorang yang gesit dan mampu menghargai waktu. Tiba di Sabuga, kami menghampiri Bapak setengah baya yang sedang menggali tanah. Kami pun menawarkan dagangan berupa buku dan pulpen. Tami menjadi juru bicara kami. Ia menawarkan dagangan dengan lihai, memiliki kemampuan untuk meyakinkan dan menghipnotis orang. Namun Bapak itu menolak untuk membeli, terlihat dari raut mukanya ia tidak punya cukup uang untuk membeli buku dan pulpen kami.
Tak menyerah, kami terus menelusuri jalan hingga ke luar Sabuga. Ada pelajaran yang bisa kuambil dari kebersamaan aku dan Tami dalam berdagang, yakni terus tersenyum dengan tulus ke semua orang, dan buat calon pembeli nyaman dengan adanya kita. Ilmu itu kupraktikkan sepanjang jalan kami berjualan. Hingga aku mendapat satu pembeli. Akang berbaju putih dan celana batik. Duduk di warung kopi sambil membaca koran. Aku dan Iman menghampirinya. Aku menjadi jubir, sesekali Iman menambahkan. Akang itu bertanya berapa harga buku dan pulpennya. Kami jawab buku 500 ribu, pulpen 100 ribu. Harga yang fantastis! Akang itu menawar 100 ribu, kami pun mengiyakan. Alhamdulillah first costumer bagiku. Rasa capek berjualan hilang seketika saat dagangan kita laku. Semangat berjualan pun kembali meletup. Hari pertama outbound, kelompok Matahari memperoleh penghasilan tertinggi, yaitu Rp 1.552.000,-. Alhamdulillah…




Bandung, 19 Oktober 2012
Aku bangun lebih pagi, berangkat lebih pagi, dan tentu tiba lebih pagi. Saat tiba di Gedung Kresna, Pak Stanley sedang bercengkerama dengan asistennya. “Wah, awal yang baik”, pikirku. Sebelum memulai aktivitas kami dipandu untuk berdoa terlebih dahulu. Memang benar, doa harus selalu diutamakan dalam memulai segala aktivitas. Berharap yang kita lakukan menjadi berkah, penuh dengan kebaikan. Pagi itu, kelompok Matahari berjumlah 6 orang karena Aulia harus pulang ke Jakarta untuk urusan kantor. Kami diberi pertanyaan oleh Pak Stanley untuk berdiskusi mengenai omzet, target pasar, strategi marketing, dll. Hari ini, kegiatan kita dalam berjualan harus lebih fokus dibanding sebelumnya.
Hasil diskusi yang kami lakukan, yakni menuju target market pelajar SMA. Kami berencana menjual produk berupa pulpen, gantungan kunci, dan pin dengan merek ITB. Namun, apa daya. Seluruh koperasi ITB saat itu masih tutup. Terpaksa kami harus menjual pulpen Standard dan buku sisa kemarin. Kami menuju SMAN 1 Bandung. Ternyata saat itu sedang pembagian rapor. Lingkungan sekolah hanya ada wali murid, guru, dan segelintir siswa. Rencana kami ubah kembali. Manusia hanya bisa berencana, tapi Allah-lah yang punya hak untuk menentukan.  
Saat itu kami dibagi lagi menjadi 3 kelompok. Aku dan Fauzan. Tami. Icha dan Iman. Aku membawa buku 3 dan pulpen 2. Ilmu yang kuperoleh kemarin aku pakai lagi. Penolakan memang selalu ada, tapi bagaimana kita menyikapi penolakan itu. Apakah semakin semangat dalam berdagang? Atau malah kendur dan menjadi lemah? Menilai apakan seseorang menjadi pemenang atau menjadi pecundang dapat dibuktikan dengan ilmu ini.
Setelah sekian jam menjual dagangan dengan cara berpencar, kami pun berkumpul kembali di halte SMAN 1 Bandung. Hasil uang yang kelompok Matahari peroleh berjumlah Rp 700 ribu. Total uang yang kami peroleh berjumlah 2 jutaan. Aku memeroleh ilmu yang sangat berharga dari pengalaman dua hari berjualan. Ilmu positif thinking, ilmu berjiwa besar, ilmu semakin merunduk, ilmu pantang menyerah, dan masih banyak lagi. Persis seperti pesan dalam Al-Qur’an, Pak Stanley mengucapkan, “Tuhan tidak akan mengubah suatu kaum, jika kaum itu tidak mengubah dirinya sendiri.” Rumus keberhasilan yang Beliau sampaikan pun mirip seperti rumus iman, yakni percaya dengan sepenuh hati, yakini dalam pikiran dan ucapan, lakukan dan teguhkan dalam perbuatan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa menjadi seorang entrepreneur sama dengan menjadi seorang Muslim.
Bogor, 22 Oktober 2012. Pukul 00:46.


Read more...

Pengalaman ITB

0 komentar

Aulia Lusiana
Kewirausahaan SBM ITB

                Pada kesempatan kali ini, saya akan menceritakan pengalaman saya selama menjalani kegiatan di SBM ITB selama 4 hari. Dari sejak daftar ulang sampai outbond bersama Pak Stanley. Cerita ini akan saya mulai dari hari pertama saya tiba di Bandung.

Selasa, 16 Oktober 2012
            Hari itu adalah hari kedua batas waktu yang diberikan SEAMOLEC dan ITB bagi para mahasiswa baru untuk melakukan registrasi ulang. Saya yang berasal dari Jakarta, baru tiba di Bandung pada hari Senin pukul 12 malam, karena pada hari Senin saya masih ada pekerjaan yang tidak bisa saya tinggalkan pada hari itu.
            Selasa siang, berbekal dengan persyaratan yang telah saya siapkan dari Jakarta, saya pun berangkat menuju kampus SBM ITB dari hotel tempat saya menginap, di daerah Dago Atas. Sempat 4 kali nyasar, karena saya tidak tau dimana kampus SBM berada. Pertama saya langsung mendatangi gedung MBA ITB, yang saya kira adalah kampus yang dimaksud. Ternyata dugaan saya salah, itu adalah gedung untuk mahasiswa pascasarjana. Setelah bolak – balik bertanya ke satpam, akhirnya sampai juga saya di gedung SBM ITB yang dimaksud.
            Proses daftar ulang hanya sebentar, kurang lebih 15 menit. Setelah daftar ulang selesai, saya pun langsung pergi untuk makan siang.

Rabu, 17 Oktober 2012
            Pada hari ini, sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, kami para mahasiswa baru diminta untuk berkumpul di gedung Kresna MBA ITB pada pukul 08.00 pagi. Saya pun telah tiba 30 menit lebih awal, bersama teman saya, Sulfi.
            Acara penyambutan maba tersebut memang sedikit terlambat dari jadwal yang telah ditentukan. Tetapi, tidak menyurutkan semangat saya untuk mengikuti kegiatan ini. Karena ini adalah kesempatan bagi saya untuk berkenalan dengan orang-orang baru. Baik itu mahasiswa, pihak SEAMOLEC dan ITB.
            Sebagai pembukaan, kami mendapatkan sambutan dari rektor SBM ITB, lalu dilanjutkan dengan sambutan dari Bapak Gatot dari SEAMOLEC. Kedua sambutan tersebut memberikan kesan tersendiri bagi saya, karena sangat memotivasi saya untuk berkuliah disini. Selanjutanya adalah sharing session bersama Mas Victor, salah satu alumni ITB yang telah sukses berkarier menjadi wirausahawan. Sesi ini lagi lagi menjadi semangat bagi saya untuk berkuliah di SBM, kareng sharing tentang pengalaman, dapat lebih menunjang pengetahuan saya, selain mendapatkan ilmu dari teori di buku.
            Setelah sharing session, kegiatan selanjutnya adalah makan siang. Sambil menikmati santap makan siang, kami mendapatkan brief dari Pak Stanley mengenai outbond yang akan diselenggarakan besok pagi. Setelah itu kami juga diberi kuis mengenai creative thingking dan dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok ubntuk outbond besok.
            Ketika kelompok telah dibagi, kami pun diberi nama kelompok oleh Pak Stanley dan diminta untuk membuat yell-yell yang bersemangat. Akhirnya saya dan anggotan tim lain, yaitu Anisa, Tami, Iman, Yusuf dan Fauzan membuat sebuah yell yang meriah.
            Setelah itu dilanjutkan dengan pembukaan rekening BNI. Rekening ini dibuat untuk membantu mengatur pendapatan dari penjualan kami nantinya.

Kamis, 18 Oktober 2012
            Hari ini adalah jadwal kami untuk mengikuti kegiatan outbond. Kami diminta untuk tiba d gedung Kresna SBM ITB pukul 06.00 pagi, dan saya telah tiba di kampus 30 menit lebih cepat. Pada saat saya tiba, kampus masih sangat sepi dan udara Bandung sangat dingin sekali. Saya akhirnya masuk ke gedung Kresna SBM ITB, dan ternyata baru 3 orang yang datang. Akhirnya satu persatu anggota tim saya, kelompok matahari, telah tiba. Alhamdulillah, tidak ada anggota kelompok kami yang datang terlambat. Acara pun dimulai pukul 6 tepat.
            Acara pun dimulai dengan berdoa bersama. Lalu Pak Stanley memberikan materi tentang jiwa kewirausahaan, yang sangat memotivasi. Dan acara dilanjutkan dengan snack. Setelah menikmati snack yang diberikan, kami diberikan tugas untuk menjual pulpen dan buku. Yang menjadi tantangan terberat dalam menjalankan tugas ini adalah, kami diminta untuk menjual barang-barang tersebut dengan harga yang setinggi-tingginya. Bagaimana bisa pulpen dengan harga Rp. 1500 saya jual dengan harga Rp 100.000 ? dan buku yang hanya seharga Rp. 50.000 saya harus jual dengan harga Rp. 500.000 ?. Sempat ada keraguan di diri saya untuk bisa menjual barang- barang tersebut, tapi untungnya saya memiliki kelompok yang saling menyemangati satu sama lain.
            Waktu yang diberikan hanya 1 jam, dan kami diminta untuk bisa menjual 10 buku dan 18 pulpen sampai habis. Akhirnya kami pun berpencar. Saya, Dwi dan Iman pun akhirnya jalan bersama-sama untuk menawarkan barang dagangan kami. Kami bertiga kebagian 4 buku dan 6 pulpen. Kami berkeliling sepanjang jalan Dago, tapi karena masih pagi dan FO disana masih belum buka, maka barang dagangan kami tidak laku. Akhirnya kami bertiga memutuskan untuk naik angkot dan pergi menuju BIP. Padahal diantara kami tidak ada yang tau jalan, tapi dengan modal nekat kami pun sampai di BIP.
            Sesampainya kami di BIP, kami pun mulai berkeliling. Semua orang yang lewat kami tawarkan produk kami. Tapi setiap orang yang kami tawari, menolak untuk membeli. Kami tidak putus asa, akhirnya kami berkeliling lagi, menyinggahi orang yang sedang duduk makan sampai yang sedang berdiri melihat-lihat etalase toko. Dan nihil. Tidak ada satupun barang dagangan kami yang laku terjual. Akhirnya kami beristirahat dan membeli minum ke hypermart yang berada di lantai 1 BIP.
            Karena waktu untuk berjualan sudah hampir habis, maka kami bertiga memutuskan untuk kembali ke kampus. Sesampainya kami di kampus, kami pun mendapatkan makan siang. Setelah makan siang, kami diminta untuk kembali berjualan barang yang masih belum laku tadi. Akhirnya kelompok dipecah lagi. Kali ini saya berkeliling bersama Fauzan, Yusuf dan Anisa.
            Pada sesi ini, kami pun berusaha untuk lebih bersemangat. Kali ini saya berkeliing menuju ke McDonald, dan sekali lagi, kami belum beruntung disana. Lalu kami melanjutkan berjalan kaki, dan ternyata turun hujan. Akhirnya kami berteduh di depan CK sambil beristirahat dan membeli minum. Kurang lebih 30 menit kami berteduh, akhirnya hujan pun reda. Kami pun melanjutkan perjalanan. Sepanjang jalan Dago kembali kami sambangi, namun kami masih belum beruntung. Kali ini kami kebagian menjual 3 buku dan 3 pulpen. Akhirnya setelah kami berkeliling, kami pun nekat masuk ke kantor PT. LAPI ITB, dan ternyata dikantor ini kami beruntung. Semua dagangan kami habis terjual dan kami mendapatkan uang sebesar Rp. 400.000. Saat itu langsung terbayar sudah rasa pegal di kaki setelah berkeliling-keliling.
            Sampai dikampus, kelompok kami pun berkumpul. Ternyata kelompok kami mendapatkan pendapatan penjualan paling banyak dibandingnkan kelompok lainnya. Sebagai bentuk penghargaan, kami diberikan bintang oleh Pak Stanley yang akan dipajang di award board. Setelah itu, kami mengikuti acara selanjutnya, dan acara selesai.
            Dari kegiatan ini saya belajar banyak hal. Bagaimana susahnya mencari uang, merasakan rasanya di tolak, menghilangkan rasa gengsi dan malu, dan menguji mental saya. Saya jadi belajar caranya menghargai uang, dan menjadi pelajaran berarti bagi saya.
            Sebenarnya masih ada lanjutan acara pada hari Jumat dan Sabtu, tapi sayangnya saya tidak bisa turur serta. Karena pada kamis malam selesai acara outbond, saya harus segera kembali ke Jakarta karena besok harus pergi ke kantor, ada pekerjaan yang tidak bisa saya tinggalkan.
            Saya agak menyesal, tapi keadaan yang memaksa. Terimakasih atas pengalaman yang telah diberikan kepada saya. Sampai bertemu di kampus SEAMOLEC Pondok Cabe dan SBM ITB.

Read more...

Review Kegiatan Outbound

0 komentar


Hari pertama pembukaan program D4 Kewirausahaan ITB SEAMOLEC cukup menyenangkan. Saya bertemu dengan banyak kawan baru yang memilika passion yang serupa dengan saya, yaitu passion untuk menjadi wirausahawan. Karena kesamaan passion tersebut kami jadi mudah bergaul satu sama lain, mengobrol pun seolah tidak pernah kehabisan topik. Kami pun saling bercerita satu sama lain tentang latar belakang, hobi serta bidang usaha apa yang digeluti. Orang pertama yang saya kenal pada saat pembukaan ialah Budiman. Ia berasal dari Jakarta dan berkeinginan membuka usaha warung sushi, karena latar belakangnya sebagai juru masak.

            Setelah cukup lama mengobrol dan berkenalan satu sama lain, akhirnya acara pada hari itu dibuka. Diawali dengan pidato dari Dekan SBM ITB, kemudian Pak Gatot. Setelah itu ada sesi sharing dan tanya jawab dengan seorang pengusaha muda yang bernama Victor. Victor merupakan alumni MBA ITB dan saat ini menggeluti usahanya di bidang garmen. Ia menceritakan awak mula usahanya berdiri. Karena ia menggemari dunia jahit menjahit, maka ia memutuskan untuk memulai usaha di bidang ini. Mulai dari jual kaos partai kecil, sampai sekarang memiliki usaha garmen yang memproduksi pakaian bayi dan pakaian dalam. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari cerita Pak Victor ini.

            Setelah sesi sharing dan diskusi, trainer outbound kita yang bernama Pak Stanley maju untuk memberikan arahan-arahan seputar outbound. Awalnya kami dibagi menjadi empat grup yaitu kerbau, kuda, harimau dan matahari. Ternyata keempat nama grup ini bukan dipilih sembarang, tapi ada maknanya. Keempat nama grup tersebut mewakili sifat yang umumnya dimiliki seseorang dalam suatu usaha.

            Pada awalnya saya masuk kelompok Kuda bersama Pak Sagaf dan kawan-kawan. Namun karena di kelompok matahari kekurangan anggota laki-laki, akhirnya saya dipindahkan ke kelompok matahari. Ketua kelompok matahari adalah Fauzan yang berasal dari Pandeglang. Kelompok ini cukup kompak. Meskipun saya baru bergabung namun saya bisa cepat akrab dan menyatu dengan kelompok tersebut. Lalu kami diperintahkan untuk membuat yel-yel yang akan ditampilkan keesokan harinya.

            Keesokan harinya kegiatan outbound dimulai dengan penampilan yel-yel dari masing-masing kelompok, dan kelompok kamu menjadi juara dan mendapatkan beberapa bintang! Setelah itu disampaikan beberapa materi oleh Pak Stanley untuk memotivasi kami. Lalu kami diperintahkan untuk menjual prpduk berupa pulpen dan buku dengan harga setinggi-tingginya.

            Diceritakan oleh Pak Stanley bahwa pernah ada seorang calon mahasiswa yang menjual sebatang pulpen seharga satu juta rupiah. Terdengar mustahil memang. Pulpen yang harganya Rp.2.000 bisa laku terjual dengan harga satu juta rupiah. Kalau itu memang mungkin kenapa kita tidak jualan pulpen saja seumur hidup kita? Pasti kita akan bisa cepat kaya.  Lalu Pak Stanley mejelaskan esensi dari tugas ini bukan untuk mendapatkan keuntungan semata, melainkan sebagai sarana untuk kami merasakan bagaimana rasanya ditolak, disindir dan ditertawakan oleh calon pembeli. Selain itu kegiatan ini mengajarkan kepada kami bagaimana membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.

            Dan ternyata benar saja, meskipun tidak sampai menjual sebatang pulpen dengan harga satu juta rupiah, namun kelompok kami berhasil mejual sebatang pulpen dengan harga seratus ribu rupiah dan satu buah buku seharga lima ratus ribu rupiah. Wow! Total penjualan kami siang itu pun mencapai lebih dari satu juta rupiah dan merupakan yang tertinggi diantara kelompok lainnya. Dari kegiatan ini saya belajar bahwa apa yang kita pikir tidak mungkin bisa menjadi mungkin jika kita mau mencoba dan terus berusaha. Saya menjadi semakin yakin untuk menjadi seorang wirausahawan. Dari semua kegiatan outbound, kegiatan berjualan inilah yang paling berkesan dan yang paling saya rasakan dampaknya bagi diri saya.

            Setelah kegiatan berjualan, acara dilanjutkan dengan review hasil penjualan dan sesi motivasi. Materi motivasi yang disampaikan cukup menarik, mulai dari cerita tentang wortel, telur dan kopi sampai video tentang sepasang penari balet yang cacat namun bisa menapilkan pertunjukan yang indah.

            Kegiatan di hari jumat tidak jauh berbeda dengan kegiatan yang dilaksanakan di hari Kamis. Kami diberikan berbagai macam materi juga tetap berjualan buku dan pulpen. Di hari kedua ini kami mendapat total penjualan sebesar tujuh rubi rupiah. Total keuntungan dari kegiatan berjualan ini selanjutnya akan dimasukan ke dalam rekening tabungan wirausaha yang dibagikan pada hari itu juga.

            Hari Saptu saya tidak berada di Bandung karena harus menepati janji untu bertemu dengan kawan dan membahas kelangsungan usaha yang akan saya jalankan.


Iman Mukhlis

Read more...